SHINOBY RAKATA
Dalam keheningan malam yang mulai
menusuk. Potongan-potongan kenangan muncul di benakku. Segaris senyuman yang
merekah layaknya mekar bunga desember menghiasi raut wajahku namun, seketika
butir air mata jatuh kian deras. Bahwa kini hanyalah sebuah kenangan. Sebuah
kenangan yang istimewa. Kehilangan telah menyadarkanku. Kutemukan jawaban atas
pertanyaan yang selalu ia tanyakan. Alasan kenapa aku menyukai, mencintai, dan
menyayanginya.
Tangisanku meluap sepanjang
malam, kelopak mata enggan terpejam. Bisakah aku mengulang masa itu? bisakah
aku memperbaiki bagian yang hilang? Ini adalah pembelajaran dengan iringan
hukuman yang menyakitkan.
“biarkan waktu yang menjawab”
Taukah kamu bahwa waktu sudah
berlalu sangat lama?
“Dulu yang sedekat nadi, kini
sejauh matahari”
Dengan rindu, aku bisa
merasakanmu.
Aku menyesali karena terlambat.
Terlambat mengatakan.
Aku mengingatmu sebagai obat
namun, kamu mengingatku sebagai luka.
dear shin, jangan memutuskan datang lalu kamu pergi. aku ingin kamu tinggal. tidak berupa rangkaian kata dalam surat beramplop pink itu. aku ingin dengar lewat suara, bukan berarti suara telepon dari kartu kita yang berbeda operator. kan mahal! meskipun kamu yang telepon duluan, dan aku yang ngangkat! kamu tampan, pintar, kaya dan idola. terus apalagi? tapi itu bukan alasan kenapa aku menyukaimu.
karena kamu tahu bagaimana aku. kamu tahu semuanya karena sebuah diary. diary kesayangaku yang kau curi.
kamu licik shin,
karena kamu tahu bagaimana aku. kamu tahu semuanya karena sebuah diary. diary kesayangaku yang kau curi.
kamu licik shin,
Komentar
Posting Komentar